Rabu, 03 Desember 2014

Pulang !

Aku kurang mengerti bagaimana Tuhan membuat aku bertemu denganmu, Antalani. Aku tidak pernah berfikir sepanjang ini sebelumnya. Yang aku tau dari dulu Tuhan menciptakan berbagai macam rasa, beribu cinta agar bisa di jatuhkan ke beribu-ribu manusia lainnya. Tapi, setelah pertemuan kita kala itu, aku sedikit mempermasalahkan tentang keberadaannya, yang biasa kita sebut dengan rasa : Cinta, mungkin. Beberapa yang harus di pahami, harus di pertahankan dengan alasan-alasan, atau bahkan harus mencari alasan itu sendiri untuk bertahan. Dari apapun, kemarahan, penghianatan, kekesalan, kesalahan, bahkan ketidak tahuan untuk diketahui. Semuanya Semua seolah membuatku beranjak igin lebih tau, mengoyak paksa sel-sel otakku agar aku tahu jawabannya “Kenapa aku mencintaimu, bahkan sedalam ini? Bagaimana jika ini adalah sebuah awal dari perpisahan yang tertunda?” Aku percaya setiap kita mempunyai batas masing-masing. Batas. . . itu yang sendang aku lukiskan, dan selalu aku perlihatkan padamu, Antalani. Agar kamu beranjak kesisi sebelah sini : Hatiku. Selayaknya aku membuatmu tahu jika sisi ini adalah sebuah rumah yang nyaman untuk dihuni, tidak pernah di renovasi selama apapun kamu pergi. Agar ketika kamu datang kembali dan berkali-kali. Kamu tidak akan pernah kehilangan nuansa “Kita”. Bagaimana jika aku sudah menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang selalu kamu katakan itu suatu kebodohanku , kebodohan ingin tahu ku. Katamu kita tidak perlu jawaban-jawaban itu untuk bertahan disisi ini. Apa ini artinya kamu tidak ingin kehilangan sisi ini dengan alasan-alasan yang aku sangka sebuah jawaban? Apa ini tanda jika kamu akan selalu pulang? Selalu pulang kesisi ini, dan ini bukan sebuah rumah singgah? Entahlah. . .

2 komentar: