Kamis, 10 Juli 2014

Hilmiy, Dataran tinggi dieng part. 1

(Kebelet pipis) 

Hilmiy, hemm... Sebelum aku menulis cerita yang memilukan ini. Aku sempat berdo'a ribuan kali agar orangnya gak marah dan gak mencoba menghempaskan kepala kedinding saking syoknya. Hee.. 

Dia adalah pacarku sekarang, beberapa waktu yang lalu kami liburan ke dataran tinggi dieng untuk bertemu dengan temannya Juan, salah satu kerabat majalah Caping. Mendampingi juan untuk mewawancarai segerombol pekerja tambang pasir. Parahnya, selama perjalanan hilmiy yang terkesan cuek itu sangat enjoy menikmati obrolan bersama Juan di sms. Mereka terlihat sangat akrab dengan bahasa jawa yang jelas aku tak mengerti "hehe.. secara gua kan dayak". 
Sampailah kami di wonosobo, hemm... sebenernya ingin sekali aku menyebutkan nama desa tempat kami kemaren. Bukan karena aku gak pengen mempermalukan Juan lebih dalam. Hanya saja... hanya (Ekspresi dramatisir memilukan dan penuh kasihan) Hanya saja. "aku lupa nama tempatnya -_-" 

Oke, reply ! Sesampai kami di wonosobo, mampirlah kami pada sebuah rumah yang didalamnya terdapat anak-anak remaja seumuran 14-17 tahun. Tidak hanya ada lelaki disana, ada wanita, dan si homo hilmiy juga yang sampe sekarang aku masih percaya dia hidup dengan membelah diri. Hemm... Hilmiy dengan sifatnya yang tenang masih berbicara dan masuk pada sebuah perkumpulan itu. Berusaha mengimbangi pembicaraan mereka. Sesekali tingkahnya yang usil mengganggu ku, mengedipkan mata lah, mencubit tanganku lah, melemparkan makanan ringan ke arah ku lah, menginjak kakiku perlahan lah, menghempaskan kepala ku ke dinding lah, menendangku hingga babak belur "Ups... kok melenceng? Haduh.. tidak,tidak,tidak... Dia gak sekejam itu sodarah-sodaraahhh". Dan echem... Dia juga tak lupa memperkenalkan aku pada mereka semua sebagai sosok pacar yang baik. :) 
Setelah sekian lama bicara, panjang lebar se lebar-lebarnya. Satu persatu dari remaja itupun pulang ke habitatnya. Meninggalkan aku dan hilmiy dengan beberapa orang lelaki lainnya. Kira-kira sisa ber-5 kami di ruangan itu. Tak lama 3 orang lainnya masuk ke dalam rumah. Sekarang sisa aku dan hilmiy. "Tidak... jangan pikirkan macam-macam. kami gak ngapa-ngapain" (Lebaaaay..). Hilmiy melempar senyum aneh padaku saat itu. Akupun bingung, ku naikan alisku sebelah. "Kenapa bo?" Ujarku padanya, dengan panik dia langsung bertanya padaku "Yang namanya juan itu yang mana sayang?". Aku langsung terbelalak dengan pengakuan sekaligus pertanyaannya itu "Jadi, kamu?" Hilmiy menggeleng-geleng kepalanya. "Aku gak tau yang mana namanya juan?" Aku semakin terbelalak hingga bola mataku ingin keluar "Jadi, dari kemaren smsan sampe tadi, dan sampe kita di rumah ini. Kamu gak tau yang namanya juan itu yang mana?". Dengan memelas hilmiy mengangguk. "Fuck... fuck a damn-shit" ujarku mencoba untuk tetap tenang dengan tingkah pacarku yang satu ini. 

Setelah kami dalam kebingungan yang akut, akhirnya salah satu dari mereka ber-3 tadi keluar ruangan menghampiri kami. Dan dia berkata "emm... Kalian nginap disini kan? Biar mas hilmiy tidur di rumah ku, dan Mba nya tidur di rumah temen cewek ku. Kan gak enak cowok cewek tidur barengan" Aku dan hilmiy saling menatap, hilmiy memelankan suaranya "I thing, dialah juan" dan aku di buat lega oleh tebakannya. Dan ternyata benar.. si juan itu adalah lelaki ber-jumper hitam yang menyambut kami bersama teman-temannya di perkumpulan tadi. Dan dia terlihat paling aktif di antara semua peserta perkumpulan tadi. "Gimana?" ujar seseorang lelaki yang kami tebak adalah juan memecah pembicaraan kami "Oh... ga papa, hilmiy emang suka tidur sama cowok kok. Aku yakin dia gak bakalan nolak" Sigapku sambil di tatap hilmiy dengan merajuk.. 

Malamnya, aku menginap di salah satu rumah teman ceweknya juan. Salma namanya, dia adalah wanita berjilbab, hitam manis, ramah, dan baru kelas 3 SMP "Aku fikir waktu itu umurnya 20 tahunan. Mengingat badannya yang bongsor melebihi aku". Salma menyambutku dengan riang. menyiapkan tempat tidur yang beralaskan bambu "Ah... sebenernya aku gak pernah tidur di tempat seperti ini sebelumnya. Tapi aku terima saja, itung-itung sebagai pijat reflexi. Toh gak buruk-buruk amat" Fikirku saat itu sambil menahan gejolak kencing yang tak tertahankan. "kalau ada apa-apa bisa panggil aku di atas ya mba" Katanya ramah "Oh ya salma, aku boleh numpang pipis?" Pintaku padanya, salma mengantarkan ku pada sebuah ruangan yang benar-benar membuat aku keheranan. Di ruangan itu ada pancuran yang airnya mengalir terus menerus dan langsung menuju kolam ikan. Di dalam kolam tersebut terdapat ikan sebesar paha ku, panjangnya kira-kira 60Cm, dan aku tidak menemukan lubang kloset sama sekali. "Ini pipisnya gimana?" tanyaku pada salma. "Disini mba..." Tunjuk salma pada bagian 2 buah kayu yang tersusun rapi itu, terlihat kokok. terbaring lurus pada sebuah kolam ikan itu. "Ini serius?" aku bertanya pada salma dengan kagetnya. "nanti aer pipisku langsung terarah ke kolam lho... Takutnya itu ikan semuanya pada mati" Jelasku pada salma karena takut ikan-ikannya pada mati. Mengingat aku mungkin sudah meminum racun tikus sebelumnya. "Hemmm... kalau ndak terbiasa, ya sudah.. pipisnya di lantai ini saja. nanti disiram ke arah parit itu" Jelas salma lagi menunjukan sebuah saluran air seperti selokan tapi tak ada air sedikitpun disitu. Kering kerontang. Aku mengangguk paham "Aku kunci ya salma, kamu kesana aja. aku berani kok sendirian" 
Salma meninggalkanku, aku mencoba mencari sesuatu untuk menampung air. "Shit... di ruangan ini tak ada satupun yang bisa di gunakan" fikirku, aku coba memutar otak sembari menahan pipis. Ku lihat di sekeliling ku, akhirnya ku temukan sebuah pot tidak terpakai. ku bersihkan pot itu sesegera mungkin pada aliran air yang mengarah ke kolam itu. Setelah aku pastikan bersih, aku tampunglah air disitu. Parahnya, dalam sebuah pot. Di bagian bawah pot selalu ada lubang. Air yang aku tampung pun pasti akan habis dengan sendirinya tanpa di buang. Jadi, saat yang menyedihkan itu aku balapan pipis dengan pot bunga tak terpakai yang sudah aku pegangi itu. "Alhamdulillah... Win... Sebelum air dalam pot itu habis, aku lebih dulu selesai pipis. sehingga masih ada puing-puing kehidupan untuk siraman". Tengggg.... aku hampir di buat gila sama tempat ini. "Airnya... uwadeeeeemmmm. Sumpah !!!" akupun segera menengok ke arah air pipisku untuk memastikan air pipisku tidak menjadi es batu dalam sekejap. Saking dinginnya air di desa ini. "Hufh... lega" ujarku sambil berjalan ke arah tempat tidur. Sesampai tempat tidur aku melihat handphone stupid ku. "Sayang, aku kaget..." Ujar hilmiy "Kenapa?" jawabku singkat "Airnya ki loh. Adeeeemmmm poool" Ujar hilmiy mengadu-adu. "Hah? Ya ta? biasa aja kok" Ujarku dengan santai menutupi aib ku sendiri yang tak mungkin setmua orang tau. Hemm...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar