Jumat, 11 Juli 2014

Nisha Vs Jagung Manis Rata-rata 4.000

(1 cup jagung manis sebangding dengan 3 buah jagung utuh) 

Alamaaak... Minggu pertama di komplek kos kami sedang heboh-hebohnya jagung manis. Yang rasanya?? Lumayan enak sih, dulu aku pernah beli waktu di semarang, barengan temen sekelas ku si Ade, Rizal, dan Nur. Harganya kebetulan juga miring, 7 ribu 1 cup pop ice. Di tambah susu kental manis yang di campurkan pada jagung sebanyak mungkin membuat jagung manis itu bertambah nikmat. Mengenal paman yang jual itu gak pelit dan tidak sombong, kemudian si paman menambahkan taburan keju di atasnya menjadi tapping. "Hemmm.... nyuami" Ujarku bercerita pada sahabatku Nisha yang sejak tadi mendengarkan ceritaku denga khidmat sampai ngelus-ngelus air liur yang hampir keluar (Lebaayyy). 

Sudah beberapa bulan berlalu setiap kali aku dan Nisha melewati indomart komplek kos kami, Dimana si penjual jagung manis tadi ngetem. Setiap hari, setiap kami lewat. Selalu di serbu penikmatnya. Aromanya memang menggoda, membuat sahabatku Nisha penasaran setiap mencium aromanya. Walaupun selama beberapa bulan ini dia hanya bilang "Wangi ya? Seenak apa sih!" tanpa membelinya sama sekali. "Hedeeeh..." 

Malam ini, 07 April 2013 Ketika perut ini sudah sangat keroncongan pertanda orkestra di dalamnya sudah ingin mengumandangkan nyanyian memalukan. Akupun memutuskan untuk mencari makan, Tak ingin di hantui dengan rasa kesepian. Aku mengetuk pintu kamar sahabatku, Tok... Tok... Tok "Ya....?" Dengan mata penuh harap kedap kedip "Temenin aku cari maem yuk. Di depan indomart. Aku lagi pengen nasi goreng pak narto". Mencari alasan selogis mungkin agar dapat di terima Nisha. Padahal, jujur kata. Setiap kali aku mengalami kelaparan akut, hanya nasi goreng Pak Narto yang dapat menolong. Pertama... Karena harga bersahabat Rp 6.000 sudah pake ayam. Kedua... Paling deket sama kos. Ketiga... "Echhemmm... Komposisinya cuuy, porsi kuli ! Bejibun... Sumpah !" 
Lanjut ke Nisha, Matanya menatap ku dengan dendam "Hujan-hujan gini?" Aku mengedip-ngedipkan mataku lagi penuh harap "Iya... iya, bentar !" 

Sampailah kami di Nasi goreng Pak Narto yang posisinya dekat dengan indomart dan di depan penjual jagung manis. Nisha berkata seperti biasanya "Aromanyaaaa... Hemmm". Aku hanya melongo melihat sahabatku "Kalo kepengen, beli aja" Dia kemudian mengecek dompetnya, aku harap-harap cemas dan berdoa agar di dalam dompet itu ada sebersit lembaran-lembaran berharga agar Nisha dapat membeli jagung manis dengan plang Rata-rata 4.000 rupiah itu. Karena akan gak lucu hidupku jika tiba-tiba Nisha ngamen di warung Pak Narto hanya untuk se-cup jagung manis. 

Singkat cerita, Nasi gorengku selesai di buat, di bungkus, di bayar, di lihat, di raba, di trawang "Aish... Mah iklan duit" Kami menuju penjual jagung manis, Dengan senyum bahagia keinginan Nisha akhirnya tersalurkan setelah sebulan pengharapan. Kami menunggu di teras Indomart di karenakan hujan tak kunjung berhenti. Nisha memesan 1 Cup jagung manis rasa Tiramisyu + Keju. Sudah hampir setengah jam jagung manis belum juga sampai di tangan Nisha gara-gara peminat jagung manis yang sangat banyak itu, kami sudah membicarakan banyak hal. Mulai dari perkelahian ku dengan pacarku si Hilmiy, Orang tua ku, Tetangga kos, Pak war, Penjaga kampus, Satpam, Bahkan si itik japun yang mengalahkan bidadari, selalu mandi di drainase komplek di pagi dan sore hari. 

"Mbak...." Ujar penjual jagung manis menghilangkan BT kami karena selesai proses pembungkusan 
"Berapa?" Nisha membuka dompetnya 
"5.000" 
"Ini tulisannya 4.000" Protes Nisha 
"Tapi ini juga ada tulisannya (Rata-rata) mbak" Bela penjual. Nisha akhirnya membayar jagungnya. Si penjual memberikan cup jagung manis yang membuat Nisha tiba-tiba berkata dengan nada pelan "Fuck..." 
Aku tertawa terpingkal-pingkal karena ulah sahabatku itu. "Sudah, abisinnya dengan cara popaye aje. Langsung jleb" Ucapku menghibur sekaligus membuat Nisha mati konyol karena cup jagung manisnya yang sekecil cup puding sekelingking tanganku dengan harga tak sesuai. Sebanding membeli jagung utuh 3 Biji 
Padahal perjuangan membelinya hampir 1 bulan lamanya. Sampai di kos, aku masih tertawa di hadapannya. "Sungguh malang nasib mu. anak muda"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar