Minggu, 22 November 2015

NYINOM (Merawat Silaturahmi cara Desa)

Gotong royong adalah salah satu ciri khas masyarakat Indonesia yang mengutamakan kehidupan selaras dan harmoni antar sesama. Gotong royong atau yang secara gamblang diterjemahkan sebagai kerja sama, bahu membahu melekat kuat sebagai kearifan sosial yang dijumpai dan dimiliki oleh hampir semua suku bangsa yang ada di Indonesia. Di Bali masyarakat merawat nilai gotong royong melalui tradisi subak. Sementara masyarakat Aceh memiliki ritual khanduri yang mencerminkan kolektivitas tinggi dalam berbagi. Masyarakat Dayak pun menunjukkan hal serupa ketika membuka lahan.

Demikian halnya dengan masyarakat Jawa. Gotong royong begitu lekat dengan keseharian masyarakat Jawa terutama mereka yang tinggal di daerah pedesaan dengan pertanian sebagai corak keseharian mereka. Tapi tak hanya lekat dengan masyarakat petani. Gotong royong di Jawa pada dasarnya melekat pada banyak latar belakang masyarakat. Namun harus diakui bahwa gotong royong lebih terawat di masyarakat pedesaan dibanding perkotaaan. Saling sapa memang masih terjadi di masyarakat kota, tapi pada umumnya sistem mereka tak menyediakan ruang dan waktu yang cukup untuk merawat kekerabatan antar tetangga. Sementara di desa masyarakat tak sekedar merawat kekeluargaan tapi menjalankannya dalam bentuk yang paling nyata dan menyentuh hal yang hakiki.

Begitu pula yang terjadi di desa yang baru saja saya huni. Desa Gupolo, cucukan, prambanan, klaten - jawa tengah. Di lingkungan ini, masih memegang erat konsep merawat kekerabatan dengan sangat tradisional. Salah satunya "Nyinom".

Nyinom yang bisa juga di sebut "si-nom-an", di ambil dari bahasa jawa. Yang berarti : Sekelompok pemuda yang membantu orang sedang mempunyai hajat sebagai pelayan tamu. Jika di kota, mereka bisa jadi adalah segelintir kelompok kreatif pemuda yang terangkai dalam Event orgenaizer. Tetapi bedanya, keikhlasan adalah kunci utama untuk merawat kekerabatan yang ada (didesa).

Selama dua hari saya perhatikan, nyinom atau meladeni para tamu (menyuguhkan makanan dan oleh-oleh) terkesan sangat menyenangkan. Tawa, wajah lelah, bunyi ulekan bumbu, dan sedikit berbincang tentang kegiatan masing-masing sambil kipas-kipas adalah suasana yang jarang bisa di dapati di kota. Keringat dan kaki yang pegal tidak menghalangi pemuda yang ada di desa ini untuk saling berbagi (tenaga).

Beginilah cara mereka untuk merawat kekerabatan yang ada. Terutama untuk para pemuda yang semakin hari semakin sibuk dengan penatnya aktifitas didik di luar desa. Dengan acara seperti ini, selain berbagi kebahagiaa juga dapat mempererat tali silaturahmi untuk para yang jauh.

#nyinom #desagupolo #cucukan #prambanan #klaten #jawatengah #tradisional #pernikahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar