Satu kisah terpendam sore ini dari seorang bidadari kecil yang manis dalam ruang mayanya, menceritakan tentang keluh kesal seorang penghayal akan hak yang seharusnya dia terima. Disini bukan siapa merebut siapa dan apa mempunyai apa.
Kita terlahir dari “adanya”. Kita akan berbeda disaatnya, semua. Mengertilah. Seandainya aku bisa menghitungnya dengan agka pasti maka akan ada tanda bagi untuk kita. Tapi tidak, aku hanya menempatkan samadengan diantara kita (semua).
Kamu memandang lurus ke depan. Aku pun melakukan hal yang sama. Sedangkan kami berdua menikmati semilir udara yang perlahan-lahan menerpa wajah kami setiap harinya di kota yang berbeda. Terus menikmatinya tanpa menatap. Mungkin yang ada di dalam pikiran kami pun juga sama setiap harinya. Hanya satu. Keinginan untuk menghentikan waktu yang perlahan-lahan berjalan tanpa mengenal lelah. Waktu yang seharusnya memang berhenti di saat kami mulai menyadari betapa berharganya waktu-waktu yang kemarin telah terlewatkan (tanpa kamu). Yaahh,, setidaknya itu yang saat ini ada di dalam pikiranku. Dan aku sangat berharap bahwa pikiranmu pun saat ini sama dengan yang aku fikirkan sejak tadi.
Menghentikan waktu, dan menata. Jika itu masih kamu perlukan untuk “adanya” kamu dan maafkan aku
"Jika bisa, aku ingin menghentikan waktu ini untukmu. Dan mempercepat waktu untukku sendiri. Agar jika aku pergi, kau tetap tersenyum seperti ini"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar