Kamis, 10 Juli 2014

Bualan

Yogyakarta, Caffe lacker - 05:05 PM

Masih dalam suasana di awal tahun baru dan di ujung musim hujan, bagaimana bisa semua ini berlalu begitu saja tanpa hujan yang kemaren baru saja membasahi kota Yogyakarta bersama detik yag katanya akan berganti menjadi detik yang baru.

Srtttt... seteguk coklat panas di depan meja ku aku hirup sedikit demi sedikit. ada percakapan di awal aku membeli secangkir coklat ini tadi.
"Mas, coklat panas satu (aku melihat di sekitar mencari sela kosong di ruangan ini agar bisa bernafas sendiri tanpa harus membaginya kepada manusia yang lain. karena saat ini aku benar-benar tidak ingin berbagi)
"enggak pesan kopi item aja?
"emangnya hidupku pait kayak kamu (aku dan dia menatap secangkir kopi hitam di meja bar nya)
"(aku beranjak pergi) hei.. kamu tau? (aku mengangkat alis sambil membawa coklat panasku) setidaknya aku bisa mengingat masih ada yang manis-manis di luar sana (dia menghirup secangkir kopi hitamnya)


Ah, Yogyakarta masih semanis yang dulu. kota naga..
Kota naga, haha... yah, setidaknya aku punya lembah peri di dalamnya. di kota yang keras ini.

aku ingin menceritakan tentang tanda tanya yang agung..
tanda tanya yang menggantung pada setiap atom di semesta ini. bukan ekslusif milik manusia saja. hanya ekspresi yang berbeda-beda, perubahan cuaca, gempa bumi, kemunculan spesies baru di duna flora atau fauna sampai matahari terbit dan tenggelam. mereka semua di gulirkan oleh satu tanda tanya yang sama. kemanapun kita berpaling, sejauh apa pun kita berlari, kita akan selalu bertemu dengannya. kamu tau? perasaanku mengatakan tanda taya itu adalah substansi dasar yang mempersatukan kita semua seluruh semesta ini

Tapi apa yang sebenarnya di pertanyakan?

"DIRINYA SENDIRI"

Oke, tanda tanya yang bergulir pada diriku sendiri.
Dengar, apa pola yang muncul dengan rebut merebut begitu? BALAS DENDAM !!
hahaha... aku sudah menemukan jawabannya, aku justru sudah meniggalkan konsep itu, mata di balas mata, api di balas api, prinsip semacam itu adalah bibit perperangan. sama kunonya dengan pandangan reduksionisme.

Aku lebih suka menyajikan evolusi emosional. reflek emosi yang bergulir ke arah kedewasaan sejati. bukannya balas dendam. nyaris altruistik, tapi aku fikir akhirnya pasti akan hanya menjadi satu dari selapis multidimensi yang tak terhingga

Kamu ingat waktu kita membahas tentang Abraham maslow??
ketika manusia sudah mengatasi semua kebutuhan dasarnya untuk bertahan hidup, maka iapun di mungkinkan untuk mengejar pencarian yang lebih tinggi, akualisasi diri, pengetahuan tentang dirinya sendiri di level yang paling dalam. aku adalah orang di lavel itu.

Aku ingin menjadi bintang jatuh, Dia bsa saja retak. tapi dia tak pernah pecah.

Hei.. jika ada yang membaca catatan ku ini, maaf, ini hanya bualan saja. cerita yang tak bermakna. hanya catatan yang aku tulis semenerawang ku saja. hehe..

Kita (Endles knot) setidaknya kartu itu yang aku dapatkan dari ramalan ku sendiri. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar